Dr. Albertus Djaja Berpulang: Kepergian yang Menggetarkan dalam Kesunyian
( 86 days ago )
Tidak semua kehilangan datang dengan dentuman. Ada yang hadir pelan, menyusup ke dalam hati, lalu tinggal di sana dalam bentuk rindu yang tak terucap. Demikianlah kabar berpulangnya Dr. Albertus Djaja dirasakan banyak orang. Seorang dokter yang tak hanya menyembuhkan, tapi juga menenangkan—telah pergi dalam diam.
Sosok yang Menyembuhkan Lebih dari Sekadar Ilmu
Dr. Albertus bukan hanya seorang profesional medis. Ia adalah pribadi yang menjadikan profesinya sebagai bentuk pelayanan. Ia tidak hanya mengobati penyakit, tapi juga menumbuhkan harapan. Dalam setiap pertemuan, ada ketulusan yang terasa. Dalam setiap senyumnya, ada keikhlasan yang nyata.
Banyak yang merasa kehilangan bukan hanya karena ia dokter yang andal, tapi karena ia manusia yang jujur. Yang hadir bukan untuk dihormati, tapi untuk membantu. Ia meninggalkan teladan tentang bagaimana menjadi baik tanpa harus banyak bicara.
Oktaviana Thamrin: Pendamping di Antara Waktu-waktu yang Sunyi
Di sisi hidup Dr. Albertus, selalu ada nama yang mendampinginya dengan tenang: Oktaviana Thamrin. Ia bukan tokoh di layar, tapi hadir sebagai kekuatan di balik hari-hari panjang dan melelahkan. Oktaviana adalah tempat di mana Dr. Albertus bisa menjadi dirinya sendiri—tidak sebagai dokter, tapi sebagai manusia biasa.
Kehilangan ini, bagi Oktaviana, adalah kehilangan dunia yang ia rawat dalam diam. Ia tidak hanya ditinggal oleh seseorang yang ia cintai, tapi juga oleh separuh tenangnya sendiri.
Hari Itu Terjadi Begitu Saja
Tidak ada tanda khusus. Tidak ada waktu untuk bersiap. Hari itu datang dan berlalu seperti biasa, hingga semuanya berubah. Dr. Albertus pergi tanpa suara. Tanpa keramaian. Hanya dengan keheningan yang terasa lebih dalam dari biasanya.
Keluarga dan orang-orang terdekat menghormati kepergiannya dengan cara yang ia sukai: tidak berisik, tidak berlebihan, hanya dengan doa dan pengingat bahwa ia pernah hidup dengan baik.
Yang Tinggal: Cinta dan Jejak Kehidupan
Kini, tak ada lagi sapaannya. Tapi namanya tetap ada—dalam cerita yang terus dibagikan, dalam pelajaran hidup yang ia wariskan, dan tentu dalam hati Oktaviana Thamrin, yang kini melanjutkan langkah dengan kekosongan yang tak mudah dijelaskan. Tapi juga dengan kekuatan yang lahir dari cinta yang pernah tumbuh begitu dalam.